MURAQABAH
MAKALAH
Disusun
guna memenuhi tugas individu mata kuliah Tasawuf
Dosen
pengampu : Drs. H. Ahmad barowi, TM. MAg
Disusun
oleh :
Muhammad
Nasikul Khalim
NIM :
1211040
Institut Islam Nahdlatul Ulama’
(INISNU ) Jepara
Tahun Akademik 2012/2013
Jl.
Taman Siswa Pekeng Jepara (0291) 53132
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur saya haturkan kehadirat Allah
SWT, karena dengan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga tugas kolektif
yang berbentuk makalah yang berjudul “Muraqabah”
dapat terselesaikan tepat waktu. Dan tak lupa Sholawat serta salam kami
haturkan pada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita nantikan syafa’atnya kelak
dihari kiyamat, Amin.
Makalah ini disusun sebagai bahan dan sarana untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Tasawuf.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah keilmuan dan memberikan manfaat bagi pembacanya. Dalam
penyusunan makalah ini, tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu,
kritik dan saran senantiasa saya harapkan demi penyempurnaan makalah
berikutnya.
Jepara, 31 Desember 2012
Penyusun
M.Nasikul Khalim
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Muraqabah merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki
oleh seorang muslim. Karena dengan muraqabah inilah, seseorang dapat
menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dimanapun ia berada, hingga mampu
mengantarkannya pada derajat seorang mukmin sejati. Demikian pula sebaliknya
tanpa adanya sikap seperti ini, akan membawa seseorang pada jurang kemaksiatan
kepada Allah kendatipun ilmu dan kedudukan yang dimilikinya. Inilah urgensi
sikap muraqabah dalam kehidupan muslim dalam membina akhlaq al-karimah.
B.
Rumusan Masalah
v Arti dan Dasar-dasar
Muraqabah
v Sikap atau sifat Muraqabah
v Contoh-contoh Muraqabah Para Sahabat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti dan Dasar-dasar Muraqabah
1. Pengertian Muraqabah;
Dari segi bahasa, muraqabah
terdiri dari kata raqaba yang artinya adalah melihat, menjaga.
Adapun dari segi istilah, muraqabah adalah suatu keyakinan yang
dimiliki seseorang bahwa Allah SWT senantiasa mengawasinya, melihatnya,
mendengarnya, dan mengetahui segala apapun yang dilakukannya dalam setiap
waktu, setiap saat, setiap nafas atau setiap kedipan mata
sekalipun.[1]
Dalam istilah Tasawwuf menurut al Qusyairy arti muraqabah
ialah: keadaan seseorang meyakini sepenuh hati bahwa Allah selalu melihat dan
mengawasi kita. Tuhan mengetahui seluruh gerak-gerik kita dan bahkan apa-apa
yang terlintas dalam hati kita diketahui Allah.
Menurut Al-Murta’isy An-Naisaburi, muraqabah adalah
memelihara rahasia dengan memperhatikan yang ghaib, bersama setiap kejap mata
dan lafal perkataan.[2]
Pada intinya, sikap ini mencerminkan keimanan kepada
Allah yang besar, hingga menyadari dengan sepenuh hati, tanpa keraguan, tanpa
kebimbangan, bahwa Allah senantiasa mengawasi setiap gerak-geriknya, setiap
langkahnya, setiap pandangannya, setiap pendengarannya, setiap yang terlintas
dalam hatinya, bahkan setiap keinginannya yang belum terlintas dalam dirinya.
Sehingga dari sifat ini, akan muncul pengalaman yang maksimal dalam beribadah
kepada Allah SWT, dimanapun ia berada, atau kapanpun ia beramal dalam kondisi
seorang diri, ataupun ketika berada di tengah-tengah keramaian orang.
2.
Dasar-dasar muraqabah;
Jika diperhatikan
dalam al-Qur’an, akan dijumpai banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan
mengenai sikap muraqabah ini, dalam artian bahwa Allah senantiasa
mengetahui segala gerak-gerik, tingkah laku, guratan-guratan dalam hati dan
lain sebagainya. Sebagai contoh Allah berfirman dalam al-Qur’an:
a) Q.S. Al-Baqarah (2):284 (pengetahuan Allah tentang apa
yang ada dalam hati kita)
وَاللَّهُ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya :“……..dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”
b) Q.S. al-Hadid (57) : 4
(Kebersamaan Allah dengan diri kita)
ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا
وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا
كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya :
“…….Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke
dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan
apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Itulah diantara
dasar-dasar muraqabah yang terdapat dalam al-Qur’an, dan masih ada
surat-surat lain yang berisi tentang pentingnya muraqabah. Adapun dalam
hadis juga banyak dijumpai hal-hal yang berkaitan dengan muraqabah,
antara lain:
“Bertaqwalah kepada
Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik
guna menghapuskan perbuatan buruk tersebut, serta gaulilah manusia dengan
pergaulan yang baik.” (HR.
Tirmidzi).[3]
B.
Sikap Muraqabah
Membawa Dampak Positif terhadap Terwujudnya Akhlaq al-Karimah
Pandangan pertama bagi
orang yang ber-muraqabah ialah pandangannya pada cita-cita dan
gerak, adakah dia itu karena Allah atau karena hawa nafsu?
Pandangan kedua, bagi al-muraqabah ketika masuk pada amal pekerjaan. Dan
yang demikian itu dengan mencari cara beramal, untuk menunaikan hak Allah
padanya. Dan membaguskan niat pada penyempurnaannya.
Jadi pada dasrnya muraqabah
tidak terlepas diri dari kewajiban yang difardhukan Allah SWT yang mesti
dilaksanakan, dan menjauhi larangan-Nya.Sehingga muraqabah
membawa dampak positif terhadap terwujudnya akhlaq al-karimah.
Adapun
urgensi sifat muraqabah adalah sebagai berikut:
·
optimalnya ibadah yang dilakukan seseorang serta jauhnya ia dari
kemaksiatan. Karena ia menyadari bahwa Allah senantiasa melihat dan
mengawasinya.
·
Merasa dekat dengan dengan Allah
·
Muraqabah merupakan sunnah
perintah Rasul
·
Di dalam kehidupan, muraqabah membentuk mental dan kepribadian seseorang
sehingga ia menjadi manusia yang jujur. Karena kejujuran dan keikhlasan adalah
dua hal yang harus direalisasikan dalam kehidupan yang sangat berpengaruh dalam
diri kita sendiri.[4]
C.
Contoh-contoh Muraqabah
Para Sahabat dan Pejabat Masa Lalu
Suatu hal yang sudah
pasti dari adanya sifat muraqabah adalah optimalnya ibadah yang
dilakukan seseorang serta jauhnya ia dari kemaksiatan. Karena ia menyadari
bahwa Allah senantiasa mengawasi dan melihatnya. Contoh muraqabah para
sahabat adalah Abdullah bin Dinar mengemukakan bahwa suatu ketika saya pergi
bersama Umar bin Khattab ra, menuju Mekkah. Ketika kami sedang beristirahat,
tiba-tiba muncul seorang penggembala menuruni lereng gunung menuju kami. Umar
berkata kepada penggembala: “Hai penggembala, juallah seekor kambingmu kepada
saya.” Ia menjawab, “Tidak, saya ini seorang budak.” Umar menimpali lagi,
“Katakan saja kepada tuanmu bahwa dombanya diterkam serigala.” Penggembala
mengatakan lagi, “Kalau begitu dimanakah Allah?” mendengar jawaban seperti itu,
Umar menangis. Kemudian Umar mengajaknya pergi ke tuannya lalu dimerdekakannya.
Umar mengatakan pada penggembala tersebut, “Kamu telah dimerdekakan di dunia
oleh ucapanmu dan semoga ucapan itu bias memerdekakanmu di akhirat kelak.”
Penggembala ini sangat menyadari bahwa Allah memahami dan mengetahuinya,
sehingga ia dapat mengontrol segala perilakunya. Ia takut melakukan perbuatan
kemaksiatan, kendatipun hal tersebut sangat memungkinkannya. Karena tiada orang
yang akan mengadukannya pada tuannya, jika ia berbohong dan menjual dombanya
tersebut. Namun hal tersebut tidak dilakukannya.
Diceritakan bahwa ada bagi sebahagian para syeikh dari
golongan ini, seorang murid yang masih pemuda. Syeikh itu memuliakan dan
menonjolkan murid tersebut. Lalu sebahagian sahabatnya bertanya kepadanya: “Bagaimana
engkau memuliakan dia ini? dan dia itu masih pemuda dan kami ini orang-orang
tua.” Syeikh itu lalu meminta beberapa ekor burung. Dan diberikannya kepada
setiap orang dari mereka, seekor burung dan pisau. Dan berkata: “Hendaklah
masing-masing kamu menyembelih burungnya pada tempat yang tidak dilihat
seseorang.” Dan ia berikan kepada pemuda itu seperti demikian. Dan ia
mengatakan kepada pemuda itu seperti yang dikatakannya kepada mereka. Maka
masing-masing mereka kembali dengan membawa burungnya yang sudah disembelih.
Dan pemuda itu kembali dan burungnya masih hidup dalam tangannya. Lalu Syeikh
itu bertanya: “Bagaimana engkau tidak menyembelih sebagaimana disembelih oeh
teman-teman engkau?” Pemuda itu menjawab: “Aku tidak mendapati tempat,
yang aku tidak dilihat oleh seseorang padanya. Karena Allah melihatku pada
setiap tempat.” Maka mereka itu memperoleh yang baik dari pemuda itu akan al-muraqabah
ini. Dan mereka berkata: “Benarlah engkau bahwa memuliakannya.”[5]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bagaimanapun juga,
Allah melihat, mendengar, dan mengetahui segala gerak-gerik kita, meskipun kita
sendiri mungkin tidak menyadari hal tersebut. Oleh karena itu, dengan
menanamkan sifat muraqabah dalam diri kita, diharapkan mampu
meningkatkan kualitas keimanan terhadap Allah dan membina akhlaq al-karimah di
dunia dan akhirat.
B. PENUTUP
Demikianlah makalah
yang dapat saya susun, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Saya menyadari
masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya, baik dari segi susunan maupun isinya.
Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan
pertimbangan kami dalam menyusun makalah kami mendatang. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Ghazali, Imam, Ihya Ulumuddin 8, Penerjemah Ismail
Yakub, Jakarta: C.V. Fauzan. 1979.
Ø Ghazali, Imam, Ihya
Ulumuddin 4, Penerjemah Ismail Yakub, Singapore: Pustaka Nasional Pte Ltd,
1988.
Ø http://rikzamaulan.blogspot.com/2009/muraqabah-sebagai-penyempurna.html.
Ø http:// Endah Endrayani.blogspot.com.tasawuf psikoterapi:
Kamis, 07 April 2011.
[1]http://rikzamaulan.blogspot.com/2009/muraqabah-sebagai-penyempurna.html
[2]
Imam Ghazali,
Ihya Ulumuddin 8, penerjemah Ismail Yakub, Jakarta: C.V. Fauzan, 1979, h.108.
[4]
Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin 4, penerjemah
Ismail Yakub, Singapore: Pustaka Nasional Pte Ltd, 1988, h.716-717.
[5]
Op.Cit, Ihya’
Ulumuddin 8, h.106-107.