menu

Makalah Psikologi perkembangan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tahap-tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan perkembangan dalam pengertian periode atau fase perkembangan.
Perkembangan adalah perubahan individu yang lebih kearah rohaniah yang menjadi unik untuk setiap individu, karena perkembanagan individu berbeda, perkembangan juga memiliki pola-pola tersendiri yang khas dan hanya bisa diamati tanpa bisa diukur, Sedangkan pertumbuhan adalah proses perubahan jasmani yang terjadi sampai mencapai kematangan fisik yang bersifat kuantitatif yang dialami oleh individu yang satu dengan yang lain berbeda. Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu. walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkonsumsi makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya.
Oleh kerena itu, semua orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya adalah faktor lingkungan. Bila lingkungan karena suatu hal menjadi buruk., maka keadaan tersebut hendaknya diubah sehingga pertumbuhan dan perkembanagn anak dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian fase perkembangan?
2.      Apa saja macam-macam fase perkembangan menurut para ahli?
3.      Apa saja aspek-aspek perkembangan pada manusia?

C.    Tujuan
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui devinisi dari fase perkembangan.
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam fase perkembangan menurut para ahli.
3.      Agar manusia dapat mengetahui aspek-aspek perkembangan pada manusia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Fase Perkembangan Pada Manusia
Fase menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) yaitu tingkatan masa (perubahan, perkembangan).[1]
Perkembangan  menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) yaitu mekar terbuka atau membentang, menjadi besar, luas dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, dan pengetahuan, dsb.
Jadi yang dimaksud dengan fase perkembangan adalah suatu proses perubahan individu menuju kearah yang lebih bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran dan pengetahuan. Sedangkan menurut Prof. Dr. F.J. Monk, perkembangan ialah suatu proses yang kekal dan tetap menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kemasakan dan belajar.[2]

B.     Macam-macam Fase Perkembangan Menurut Para Ahli
Fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Setiap fase perkembangan merupakan keharusan universal dan idialnya berlaku secara otomatis. Adapun mengenai fase-fase yang mengiringi fase-fase tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Robert Havingurst (1972) sebagai berikut:
1.      Perkembangan Fase Bayi dan Kanak-Kanak
Secara kornologis masa bayi berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan dari rahim ibunya sampai berusia sekitar setahun. Sedangkan masa kanak-kanak (early childhood) adalah masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia 1 tahun hingga usia sekitar lima atau enam tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis, ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya. Oleh karena itu fungsionalisasi lingkungan keluarga pada fase ini penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun kedalam lingkungan yang lebih luas terutama lingkungan sekolah.


2.      Perkembangan Fase Anak-Anak
Masa anak-anak (late childhood) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri utama sebagai berikut:
a.       Memiliki dorongan untuk keluar rumah dan memasuki kelompok sebaya (Pear Group).
b.      Keadaan fisik yang memungkinkan/ mendorong anak memasuki dunia permainan dan pekerjaan yang membutuhka keterampilan jasmani.
c.       Memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbol, dan komunikasi yang luas.
3.      Perkembangan Fase Remaja
Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12 samapi 21 tahun pada wanita, dan 13 sampai 22 tahun pada pria. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri melainkan bagi orang tua, guru, dan masyarakat sekitar. Bahkan, tidak jarang para penegak hukum pun menuntut direpotkan oleh ulah dan tindak tanduknya yang dipandang menyimpang.
4.      Perkembangan Dewasa
            Masa dewasa awal ialah fase perkembangan saat seorang remaja memulai memsuki masa dewasa, yakni usia 21 sampai 40 tahun. Sebelum memasuki masa ini seorang remaja terlebih dahulu berada pada tahap ambang dewasa atau masa remaja akhir yang berlangsung 21 atau 22 tahun. Namun, menurut pengamatan para ahli, pada masa post puber proses perkembangan organ-organ jasmaniah tertentu meskipun sudah sangat lamban, masih terus berlangsung hingga kira-kira usia 24 tahun.
5.      Perkembangan Setengah Baya
            Masa setengah baya adalah masa yang berlangsung antara usia 40-60 tahun. Konon, dikalangan tertentu, pria dan wanita yang sudah menginjak usia 40 tahun keatas, sering dijuluki sebagai orang yang sedang mengalami masa pubertas kedua. Julukan ini timbul karena mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional atau mudah marah, dan bahkan jatuh cinta lagi. Di kalangan kaum wanita biasanya tampak gejala depresi, cepat tersinggung, cemas dan khawatir kehilangn kasih sayang anak-anak yang sudah mulai menanjak deawasa. Sealin itu, wanita setengah baya juga acap kali merasa cemas akan kehilangan suami, karena menopause (berhenti menstruasi) yang pada umumnya diiringi dengan timbulnya tanda-tanda atau garis-garis ketuaan dibagian tertentu pada tubuhnya.
6.      Fase Usia Tua
            Masa tua adalah fase terakhir kehidupan manusia. Masa ini berlangsung anatara usia 60 tahun samapai berhembusnya mafas terakhir (akhir hayat). Mereka yang sudah menginjak umur 60 tahun keatas yang dalam istilah psikologi disebut “senescence” (masa tua) biasanya ditandai oleh perubahan-perubahan kemampuan motorik yang semakin merosot.
                  Diantara perubahan-perubahan tersebut adalah menurunnya kekuatan otot-otot tangan dan otot-otot yang menyangkut seluruh tubuh. Oleh karena itu, pada umumnya orang tua lebih cepat merasa lelah, dan untuk mengembalikan kesegaran tubuhnya dari kelelahan itu, ia memerlukan waktu yang lebih lama daripada ketika ia masih berusia muda.[3]
Sedangkan Papalia, Olds & Feldman (1998; 2004), membagi perkembangan manusia menjadi Sembilan tahap, yakni:
1.      Masa Pra-natal
Masa pra-natal ditandai dengan proses pembentukan sistem jaringan dan struktur organ-organ fisik. Proses pertumbuhan dan perkembangan dimulai sejak terjadinya konsepsi yakni, pertemuan antara sel spermatozoon dengan sel telur yang bakal menjadi manusia. Proses perubahan tersebut berlangsung sangat cepat, yakni 9 bulan 10 hari atau 42-43 minggu.
2.      Masa Bayi dan Anak Tiga tahun Pertama (Toddler)
Setelah dilahirkan seorang bayi segera menangis sebagai tanda berfungsinya perasaan dan anca indera dalam menghadapi penyesuaian diri dengan lingkungan hidupnya yang baru. Kalau sebelumnya ia hidup dengan nyaman dan tenang didalam kandungan, maka ketika lahir ia harus dengan berbagai ptensi yang dimilikinya dipergunakan untuk beradaptasi. Perasaan kaget dan terkejut ini, ditandai dengan menangis.
Kemudian seorang bayi mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama masa pengasuhan, pemeliharaan, dan bimbingan dari orang tuanya. Si anak akan belajar untuk mengembangkan keterampilan motorik, dengan merangkak, berdiri, berjalan, melompat, dan berlari. Kegiatan yang cukup menyenangkan bagi ini ialah bermain-main.
3.      Masa Anak-anak awal
Secara kronologis usia, yang tergolong anak-anak awal ialah mereka yang berada pada usia 4-5 tahun. Masa anak ini, ditandai dengan kemandirian, kemampua, dan kontrol diri, dan hasrat untuk memperluas pergaulan dengan anak-anak yang sebaya.
4.      Masa Anak tengah
Dimasa ini, anak-anak kira-kira berumur 7-9 tahun. Pada masa ini, anak-anak mulai mengembangkan kepribadian seperti pembentukan diri fisik, sosial, dan akademis.
5.      Masa Anak akhir
Yang tergolong masa akhir ialah mereka yang berada pada usia 10-11 tahun, yaitu ditandai dengan mereka mulai menunjukkan perilaku yang mengarah ke pacaran walaupun atau tudak ke serius, mereka memiliki rasa ketertarikan pada lawan jenis.
6.      Masa Remaja
Secara umum, yang tergolong remaja adalah mereka yang tergolong usia 13-21. Masa remaja memiliki ciri pertumbuhan fisik yang relatif cepat. Organ-organ fisik mencapai taraf kematangan yang memungkinkan berfungsinya system reproduksi dengan sempurna. Sementara itu remaja mulai merasa tidak mau di kekang atau di batasi secara kaku oleh aturan keluarga. Mereka ingin memperoleh kesempatan unuk mengemangkan diri guna mewujudkan jati diri.
7.      Masa Dewasa Muda
Umumnya yang tergolong dewasa muda ialah mereka yang berusia 22-40 tahun. Dari sisi perkembangan kognitif, mereka telah lulus sekolah umum dan memasuki dunia perguruan tinggi, lalu segera mengembangkan karir sesuai dengan minat bakatnya.
8.      Masa Dewasa Tengah
Masa dewasa tengah merupakan masa yang penuh tantangan, karena kondisi fisik mereka mulai mengalami penurunan. Untuk wanita mengalami menopause. Ini berarti bahwa poensi untuk mengandung dan melahirkan anak tidak memungkinkan lagi. Demikian pula dengan laki-laki, mereka merasa menghadapi kenyataan bahwa dirinya mulai menjadi tua.

9.      Masa Dewasa Akhir
Masa dewasa alhir tahap yang dialami oleh individu yang akan memasuki masa kematian. Sebagian besar mereka memiliki kondisi fisik yang sehat dan aktif dalam berkarya. Dalam melakukan kegiatan fisik mereka cenderung merasa lelah.[4]

C.    Aspek-aspek Perkembangan pada Manusia
Kalau membicarakan mengenai perkembangan paa manusia maka tidak lepas dari aspek-aspek apa yang mengalami perubahan dalam dirinya. Adapun aspek-aspek perkembangan pada manusia ada 3, yaitu:
1.      Aspek fisik
Yang paling menonjol dan nampak dalam diri individu ialah terjadinya perubahan fisik. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan fisik individu yang terjadi sangat cepat, yakni sejak masa konsepsi hingga masa kelahirannya. Proses perkembangan fisik ditandai dengan perubahan ukuran organ yang semakin membesar, memanjang, melebar, atau makin tinggi.
2.      Aspek kognitif
Perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berfikir, memecahkan masalah, mengambil keputusan, kecerdasan, dan bakat.
Optimalisasi perkembangan kognitif sangat dipengaruhi oleh kematangan fisiologis, terutama pada bayi maupun anak-anak. Seorang anak akan dapat melakukan koordinasi gerakan tangan, kaki, maupun kepala secara sadar, setelah saraf-saraf maupun otot-otot bagian organ-organ tersebut sudah berkembang secara memadai. Artinya, kemampuan kognitif harus diiringi dengan kematangan fisiologis sehingga perkembangan kognitif makin baik dan koordinatif.
3.      Aspek psikososial
Manusia dikenal sebagai makhlik social, ia tak mampu hidup seorang diri, tanpa kehadiran orang lain. Karena itu setiap orang sanagt memerlukan pertolongan orang lain. Dalam menjalani kehidupan social, seseorang ditntut untuk dapat mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri, yaitu dengan berhubungan dan bergaul dengan lingkungan hidupnya. Pergaulan dengan orang lain akan mampu mengubah persepsi, pandangan, sikap, dan perilaku seseorang. Sebab dalam pergaulan terjadi interaksi antar individu yang ditandai dengan pertukaran informasi tentang pengetahuan, adat istiadat, kebiasaan, dan budaya. Kemudian orang akan menyesuaikan diri dengan tuntunan lingkungan sosialnya.keberhasilan dalam menyesuaikan diri akan menyebabkan perkembangan kepribadian yang sehat. Ia akan memilii konsep diri, harga diri, percaya diri, dan evikasi diri yang baik. Sebaliknya, ketidakmampuan menyesuaikan diri akan membuat seseorang mengalami kehidupan yang terasing, rendah diri, pesimis, apatis, merasa cemas, kuatir, dan takut. Akibatnya akan mempengaruhi krisis kepribadian.[5]



BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
ü  Fase perkembangan adalah suatu proses perubahan individu menuju kearah yang lebih bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran dan pengetahuan.
ü  Fase perkembangan menurut Prof. Dr. F.J. Monk, perkembangan ialah suatu proses yang kekal dan tetap menuju kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kemasakan dan belajar.
ü  Macam-macam fase perkembangan pada manusia:
-    Menurut Robert Havingurst:  perkembangan fase bayi dan kanak, Perkembangan Fase Anak-Anak, Perkembangan Fase Remaja, Perkembangan Dewasa, Perkembangan Setengah Baya dan Perkembangan Usia Tua.
-    Menurut Papalia, Olds & Feldman: Masa Pra-natal, Masa Bayi dan Anak 3 Tahun Pertama, Masa Anak-anak Awal, Masa Anak Tengah, Masa Anak Akhir, Masa Remaja, Masa Dewasa Muda, Masa Dewasa Tengah dan Masa Dewasa Akhir.
ü  Adapaun Aspek-aspek Perkembangan pada Manusia adalah Aspek Fisik, Aspek Kognitif dan Aspek Psikososial.

B.     Saran
Demikian yang dapat kami jelaskan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga adanya  makalah ini kita dapat mengetahui mengenai Fase-fase Perkembangan pada Manusia,  semoga menjadi tambahan bacaan dan semoga bermanfaat bagi semua pihak. Amin….







DATAR PUSTAKA
Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Refika Aditama.
DEPDIKNAS. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mustaqim. 2010. Ilmu Jiwa Pendidikan.
Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.



















[1] DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 314.
[2] Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, (2010), hlm.12.
[3] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006), hlm. 40-45.
[4] Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Refika Agitama, 2007), hlm. 37-42.
[5] Ibid., hlm. 43-44.

Metode Demonstrasi dalam Pengajaran Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                        Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengan baik agar siswa lebih mudah memahami pelajaran, seorang guru selain harus menguasai materi, dia juga dituntut untuk dapat terampil dalam memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat untuk situasi dan kondisi yang dihadapinya. Seorang guru sangat dituntut untuk dapat memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai kebaikan metode maupun mengenai kelemahan-kelemahannya.
                  Metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar.
                        Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan guru. Dalam transaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing.
                        Salah satu macam-macam metode pengajaran adalah metode demonstrasi. Dengan menggunakan metode ini, guru telah memfungsikan seluruh alat indera murid, karena proses belajar-mengajar dan pembelajaran yang efektif adalah bila guru mampu memfungsikan seluruh panca indera murid. Oleh karena itu, untuk mengetahui metode demonstrasi secara rinci, berikut adalah makalah mengenai Metode Demonstrasi dalam Pengajaran Pendidikan Islam.
                       
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan metode pengajaran pendidikan islam?
2.      Apa yang dimaksud dengan metode demonstrasi?
3.      Apa saja kelebihan atau keuntungan dari metode demonstrasi?
4.      Bagaimana cara mengaplikasikan metode demonstrasi dalam pengajaran pendidikan islam?

C.    Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui definisi metode pengajaran pendidikan islam.
2.Untuk mengetahui definisi metode demonstrasi.
3.Untuk mengetahui kelebihan tau keuntungan dari metode demonstrasi.
4.      Untuk mengetahui cara mengaplikasikan metode demonstrasi dalam pengajaran pendidikan islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Metode Pengajaran Pendidikan Islam
                        Metode berasal dari bahasa Yunani “Greek” yakni “Metha” berarti melalui , dan ”Hadas” artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode artinya “jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu”.[1]
                        Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta, bahwa metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.[2] Dalam metodologi pengajaran agama islam metode suatu cara “seni” dalam mengajar.[3]
                        Sedangkan secara terminologi atau istilah, menurut metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas approach.
                        Jadi, metode mengajar adalah cara-cara yang menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam pengajaran adalah keterampilan memilih metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
                        Sedangkan pengertian pengajaran itu sendiri Menurut Ramayulis, pengajaran berasal dari kata “ajar” di tambah awalan “pe-” dan akhiran “-an” sehingga menjadi kata “pengjaran” yang berarti proses penyajian atau bahan pelajaran yang disajikan.[4] Jadi, pengajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui.
                        Pendidikan islam yaitu suatu proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal peserta didik kearah terbentuknya pribadi muslim yang baik.[5] Sedangkan menurut Endang Syaifuddin Anshari, Pendidikan Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntutan, usulan) oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan dan intuisi), dan raga objek didik dengan bahan materi tertentu, pada jangka tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada kearah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran islam.[6]
                        Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa metode pengajaran pendidikan Islam adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran yang diajarkan kepada anak didik yang bertujuan agar anak didik menerima, menanggapi dan dapat mencerna pelajaran dengan mudah, efektif dan efesien, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai dengan baik dan disertai evaluasi sesuai ajaran islam.

              B.     Definisi Metode Demontrasi
            Agar proses belajar mengajar agar dapat berjalan dengan baik dan mencapai sasaran yang diharapkan, maka salah faktor penting yang harus diperhatikan adalah menentukan metode untuk menyampaikan materi kepada anak didik. Metode sendiri banyak macamnya, salah satunya adalah metode demontrasi.
Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan.[7] Dengan metode demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan semprna. Siswa juga dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.[8]
Sedangkan Menurut Zakiah Daradjat, Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Dengan menggunakan metode demonstrasi, guru atau murid memperlihatkan kepada seluruh anggota kelas mengenai suatu proses, misalnya bagaimana cara sholat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.[9]
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode demonstrasi adalah dimana seorang guru memperagakan langsung suatu hal yang kemudian diikuti oleh murid sehingga ilmu atau keterampilan yang didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing murid.

             C.  Keuntungan atau Kelebihan Metode Demontrasi
      Metode Demontrasi mempunyai Keuntungan atau Kelebihan, berikut adalah Keuntungan atau kelebihan dari Metode Demonstrasi:
     1.      Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (Pemahaman secara kata-kata atau kalimat)
        2.      Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
        3.      Proses pengajaran lebih menarik.
     4.      Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.[10]
  Sedangkan Menurut Zakiyath Daradjat, Keuntungan atau Kelebihan Metode Demontrasi adalah:
      1.      Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan kritik berat yag dianggap penting oleh guru dapat diamati secara tajam.
      2.      Perhatian anak didik akan lebih terpusat apa yang didemonstrasikan, jadi proses belajar anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.
       3.      Apabila anak didik sendiri ikut aktif dalam sesuatu percobaan yang bersifat demonstratif, maka mereka akan memperoleh pengalaman yang melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam pengembangan kecakapan.
           Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstrasi, maka dalam bidang studi agama, banyak yang dapat didemonstrasikan. Terutama dalam bidang pelaksanaan ibadat, seperti pelaksanaan sholat, zakat, rukun haji dan lain-lain.[11]
             Metode demonstrasi ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk memberikan keterampilan tertentu, memudahkan berbagai jenis penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas, menghindari verbalisme, membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab lebih menarik.

             D.    Langkah-langkah dalam Mengaplikasikan Metode Demonstrasi
            Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yaitu terdiri dari: perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri dengan adanya evaluasi.[12] Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut:
     1.  Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.
     2.    Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
    3.  Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal.
      4.      Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas.
    5.      Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya.
     6.      Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.
      7.       Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan:
-  Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.
- Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas.
-  Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya.
   8.  Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu iadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi.
Setelah perencanaan-perencanaan telah tersusun sebaiknya diadakan uji coba terlebih dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditentukan dengan mengadakan uji coba dapat diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara lebih dini dan dapat peluang untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.
Langkah selanjutnya dari metode ini adalah realisasinya yaitu saat guru memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses atau cara melakukan sesuatu sesuai materi yang diajarkan. Kemudian siswa disuruh untuk mengikuti atau mempertunjukkan kembali apa yang telah dilakukan guru. Dengan demikian unsur-unsur manusiawi siswa dapat dilibatkan baik emosi, intelegensi, tingkah laku serta indera mereka, pengalaman langsung itu memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya mengetahui apa yang dipelajarinya.
Untuk mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai dari penggunaan metode demonstrasi tersebut diadakan evaluasi dengan cara menyuruh murid mendemonstrasikan apa yang telah didemonstrasikan atau dipraktekkan guru.
                        Salah satu cotoh pengaplikasiaannya seperti ini, apabila teori menjalankan sholat yang betul dan baik telah dimiliki anak didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murid, atau dapat juga dilakukan, guru memilih seorang murid yang paling terampil, kemudian dibawah bimbingan guru disuruh mendemonstrasikan cara sholat yang baik didepan teman-temannya yang lain.
                        Pada saat anak didik mendemonstrasikan sholat, guru harus mengamati langkah demi langkah dari setiap gerak-gerik murid tersebut, sehingga kalau ada segi-segi yang kurang, guru berkewajiban memperbaikinya. Guru memberi contoh lagi tentang pelaksanaa yang baik dan betul pada bagian-bagian yang masih dianggap kurang.
                        Tindakan mengamati segi-segi kurang baik lalu memperbaikannya, akan member kesan dalam pada diri anak didik, karena guru berarti telah member pengalaman kepada anak didik. Baik bagi anak didik yang menjalankan demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.[13]
                                    Pada hakikatnya semua metode itu baik, dan tidak ada yang paling baik dan efektif. Karena baik tidaknya metode mengajar sangat tergantung kepada penempatan dan penggunaan metode terhadap materi yang dibahas. Yang terpenting adalah guru menhetahui kelebihan dan kekurangan dari metode-metode tersebut.[14]




[1] H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Buna Aksara, 1987), hlm. 97.
[2] W. J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), hlm. 649.
[3] Ramayulis, Metodologi Pengaaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulya, 2001 ), hlm. 107.
[4] Ramayulis, Op.Cit., hlm. 108.
[5] Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012), hlm. 2.
[6] Azyurmardi, Pendidikan Islam, (Jakarta: Perdana Media Group, 2012), hlm. 6.
[7] Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hlm. 62.
[8] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 90.
[9] Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.296.
[10]Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm. 91.
[11] Zakiah Daradjat, Op.Cit., hlm. 297.
[12] Mujiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Rosda Karya, 1993), hlm. 31.
[13] Zakiah Daradjat, Op.Cit., hlm. 297-298.
[14] Sudarwa Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 34.