menu

Makna Manusia Seutuhnya Dalam Bimbingan Konseling Menurut Pandangan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia adalah mahluk tuhan yang paling sempurna dan paling tinggi derajatnya diantara mahluk lainnya. Manusia sangat terkait kaitannya dengan bimbingan konseling, karena manusia tidak luput dari penyakit, hati, penyakit kejiwaan yang perlu diatasi.

Manusia seutuhnya merupakan kemanusiaan yang terletak pada pengertian kemandiriannya, bahwa manusia dengan keutuhan unsur-unsurnya akan memiliki nilai diri yang spesifik. Kemandirian bukan berarti menyendiri atau serba sendiri. 

Seseorang yang mandiri adalah seseorang yang berhasil membangun nilai dirinya sedemikian sehingga mampu menempatkan perannya dalam alam kehidupan kemanusiaannya dengan penuh manfaat. Kemandirian seseorang dapat terukur misalnya dengan sejauh mana kehadiran dirinya memberikan manfaat kearah kesempurnaan dalam sistemnya yang lebih luas. 

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa makna manusia seutuhnya?
2.      Apa pengetian bimbingan konseling?
3.     Bagaimana makna manusia seutuhnya dalam bimbingan konseling menurut pandangan Islam?

C.    Tujuan
     Agar mahasiswa dapat mengetahui makna manusia seutuhnya dalam bimbingan konseling.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Manusia Seutuhnya
            Manusia adalah ciptaan tuhan yang paling indah dan paling tinggi derajatnya. Keindahan manusia berpangkal pada diri manusia itu sendiri. Hakikat manusia sebagai mahluk paling indah dan paling tinggi derajatnya mendorong manusia untuk terus maju dan berkembang tanpa henti, dari zaman ke zaman. Menurut sejarah, kemajuan dan perkembangan manusia itu ternyata tidak selalu mulus dan setiap saat membawa kesenangan dan kebahagian.[1]

            Dalam agama Islam manusia ditempatkan pada kedudukan yang mulia, paling indah dan paling tinggi derajatnya. Manusia diberi jabatan oleh Allah sebagai Khalifah di bumi, karena memiliki keistimewaan dibandingkan dengan mahluk lain. Sesuai dengan AL-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 30: 
  
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.[2]

            Manusia seutuhnya merupakan mereka yang mampu menciptakan dan memperoleh kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya berkat perkembangan optimal segenap potensi yang ada pada dirinya (Dimensi Keindividualan), seiring dengan pengembangan suasan akebersamaan dengan lingkungan sosialnya (Dimensi Kesosialan), sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku (Dimensi Kesusialaan), dan segala sesuatunya itu dikaitkan dengan pertanggungjawaban atas segenap aspek kehidupannya didunia terhadap kehidupan diakhirat kelak (Dimensi Keagamaan)

            Manusia seutuhnya mengacu kepada kualitas manusia sebagai mahluk yang paling indah dan paling tinggi derajatnya serta kepada perkembangan yang optimal keempat dimensi diatas. Citra manusia seutuhnya adalah manusia yang sebenar-benarnya manusia yang tangguh dan dinamis, dengan kemampuan sosialnya yang luas dan bersemangat, tetapi menyejukkan dengan kesusilaan yang tinggi serta dengan keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan yang Maha Esa.[3]

            Para ilmuan khususnya dalam bidang psikos-humanistik telah menhajukan berbagai rumusan sejalan dengan konsep manusia seutuhnya, ciri-ciri manusia yang dapat berfungsi secara ideal menurut para ahli seperti: 

     Menurut Frankl
1.      Mencapai penghayatan yang penuh tentang makna hidup dan kehidupan
2.      Bebas memilih dalam bidang bertindak
3.      Bertanggungjawab secara pribadi terhadap secara tindakan
4.      Melibatkan diri dalam kehidupan bersama orang lain.

Menurut Jung
1.      Memiliki pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri.
2.      Menerima diri sendiri termasuk kekuatan dan kelemahannya.
3.      Menerima dan bersikap toleran terhadap hakikat dan keberadaan kemanusiaan secara umum.
4.      Menerima hal-hal yang masih belum dapat diketahui atau misterius serta bersedia mempertimbangkan hal-hal yang bersifat tidak rasional tanpa meninggalkan cara-cara berfikir logis.

Menurut Maslow
1.      Memiliki orientasi yang realistik.
2.      Menerima diri sendiri dan orang lain.
3.      Spontan.

Meskipun pendapat para pemikir berbeda, pada dasarnya mereka sepakat atas ciri-ciri umum manusia ideal yang mampu berfungsi secara penuh (sappington, 1989), yaitu:

1.      Secara sadar mampu mengontrol dirinya sendiri.
2.      Melihat dan memahami diri sendiri dan dunia luarnya (orang-orang lain dan lingkungannya) secara tepat.
3.      Menerima diri sendiri dengan segenap kekuatan dan kelamahannya.
4.      Perlu tenggang rasa (toleran) terhadap orang lain.
5.      Mampu membangun hubungan yang akrab dan mendalam dengan sejumlah orang.
6.       Bertindak dengan motivasi untuk mencapai tujuan dan tidak sekedar untuk terhindar dari tekanan tertentu.
7.      Mampu untuk berubah, khususnya untuk hal-hal yang penting.

B. pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.[4] Menurut Tolbert, bimbingan adalah seluruh program atau semua kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan pada membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuain diri dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari.[5]

Konseling menurut Shertzer dan Stone adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dengan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efekfif perilakunya.[6]

Jadi, pengertian bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kkemampuan belajar, dan perencanaan karir melalui berbagai jenis layanan  dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

 C. Makna manusia seutuhnya dalam bimbingan konseling menurut pandangan islam
Manusia diciptakan oleh Allah dengan karakteristik yang berbeda dan paling sempurna serta paling tinggi derajatnya dengan dibekali bakat serta memiliki akal, mahluk yang tertinggi dan termulia derajatnya itu bahkan dijadikan pemimpin bagi mahluk-mahluk lainnya diatas bumi. Sehingga memiliki dorongan untuk maju dibandingkan mahluk lain dari zaman ke zaman. Hal ini mengandung arti bahwa manusia diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menjadikan diri sehebat-hebatnya, seindah-indahnya sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. 

Manusia adalah mahluk yang secara Inheren tidak sempurna bahkan dengan kelemahan, terutama ketidaksempurnaan terhadap sang pencipta. Apabila manusia dengan kletidak sempurnaannya itu tidak mengikuti sang pencipta dengan segala firman-firmannya, terjadilah pembalikan derajat manusia menjadi yang paling buruk diantara lainnya.[7] Manusia seutuhnya adalah manusia ynag dapat menciptakan atau memperoleh kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya dan lingkungan, dapat menyesuaikan dengan lingkungan serta perkembangannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam Islam makna manusia seutuhnya adalah manusia yang berhasil mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan didunia dan di akhirat karena manusia mampu menjalin hubungan dengan Tuhannya dan hubungan sesama manusia dan lingkungan dengan baik.[8]

            Dalam mencapai manusia seutuhnya, Islam datang membawa ajaran yang bersumber dari Al-Qur’an, karena Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam yang berisi pedoman bagi manusia untuk membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki. Diantara peran Islam bagi kehidupan manusia adalah:

  1. Ajaran Islam beserta seluruh petunjuk yang ada didalamnya merupakan obat segala penyakit hati yang terdapat dalam diri manusia.
  2. Ajaran Islam memberikan bantuan kejiwaan manusia dalam menghadapi bobaan dengan cara sabar dan sholat.
  3. Ajaran Islam memberikan rasa aman dan tentram yang menimbulkan keimanan kepada Allah dalam jiwa seseorang.[9]


BAB III
PENUTUP

A.  Simpulam
Ø Manusia adalah ciptaan tuhan yang paling indah dan paling tinggi derajatnya. Keindahan manusia berpangkal pada diri manusia itu sendiri. Hakikat manusia sebagai mahluk paling indah dan paling tinggi derajatnya mendorong manusia untuk terus maju dan berkembang tanpa henti, dari zaman ke zaman
Ø Dalam agama Islam manusia ditempatkan pada kedudukan yang mulia, paling indah dan paling tinggi derajatnya. Manusia diberi jabatan oleh Allah sebagai Khalifah di bumi, karena memiliki keistimewaan dibandingkan dengan mahluk lain.
Ø Manusia seutuhnya merupakan mereka yang mampu menciptakan dan memperoleh kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya berkat perkembangan optimal segenap potensi yang ada pada dirinya.
Ø Dalam mencapai manusia seutuhnya, Islam datang membawa ajaran yang bersumber dari Al-Qur’an, karena Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam yang berisi pedoman bagi manusia untuk membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki.

B.  Saran
Demikian yang dapat kami jelaskan, kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menjadi tambahan bacaan dan semoga bermanfaat bagi semua pihak. Amin….


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Bineka Cipta.
Hikmawati,Fenti. 2011. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ihsan,Ahmad Juntika Nur. 2010. Bimbingan dan konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Maswan & Kuswanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah-Madrasah. Jepara: Karsa manunggal Indonesia.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.



[1] Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,(Jakarta: Rineka Cipta,2004),hlm.9-11.
[2] Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra,2006),hlm.11.
[3] Prayitno, Op.Cit.,hlm. 20-21.
[4] Prayitno & Erman Amti, Op. Cit., hlm.  24.
[5] Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 1
[6] Ahmad Juntika Nur Ihsan, Binbingan dan Konseling dalam Berbagi Latar Kehidupan, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 10.
[7] Prayitno dan Erman Anti,Loc.Cit.,hlm. 141.
[8]Ibid., hlm. 147.
[9] Maswan & Kuswanto, Bimbingan dan Konseling di Sekolah-Madrasah, (Jepara: Karsa Manunggal Indonesia, 2010), hlm. 110.

No comments:

Post a Comment